“Saya kaget, waktu ke rumah, dia mengatakan akan melamar saya kepada adik saya,” katanya. Ia sempat menganggap cerita adiknya kepada dirinya soal rencana Rokim untuk melamarnya hanya sekadar guyon. Sebab, selain usianya sudah sangat tua, dirinya juga sudah berstatus janda.
Selang beberapa hari kemudian, ternyata benar yang diceritakan adiknya kepadanya Rokim beserta keluarganya mendatangi rumahnya dan melamarnya. Hingga akhirnya pada Rabu (15/3/2017) keduanya melangsungkan pernikahan secara sederhana dengan memanggil penghulu ke rumahnya di RT 9 RW 2 Dusun Petung, Desa Nampu, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun.
Ia menceritakan, ada kejadian lucu saat proses ijab berlangsung. Rokim yang belum paham tata cara pernikahan, tidak membawa mahar pernikahan, lazimnya dalam sebuah prosesi pernikahan. Saat penghulu menanyakan mas kawin atau mahar pernikahan, Tampi menyerahkan selembar uang Rp 50 ribu.
“Jadi dilamar pakai uang Rp 50 ribu,” katanya sambil tertawa. Keduanya kini menjalani hidup serumah di sebuah rumah yang sangat sederhana. Keduanya sempat mengajak untuk melihat kondisi rumah mereka. Rumah Tampi sangatlah sederhana, bahkan bisa dikatakan tidak layak. Dinding rumah bagian depan, terbuat dari kayu triplek.
Sementara di bagian belakang rumah, dinding terbuat dari potongan kayu papan yang disusun.Bagian belakang rumah difungsikan sebagai dapur sekaligus kandang kambing. Seluruh lantai rumah Tampi yang kini ditempati bersama suami barunya, berlantaikan tanah. Tidak ada perabot mewah di dalam rumah Tampi. Hanya ada satu lemari kayu, dan kasur kapuk tipis berukuran sekitar 2×1 meter yang digelar di lantai tanpa dipan atau ranjang. Tak ada peralatan elektornik, semisal tv ataupun kulkas. Bahkan untuk memasak mereka menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu bakar.
“Listrik rumah ini saja masih nyambung dari rumah sebelah. Belum pasang listrik sendiri,” katanya.Sehari-hari Rokim bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan Rp 50 ribu hingga Rp 95 ribu.Sementara istrinya yang juga bekerja sebagai buruh dan tukang pijat ini, berpenghasilan Rp 30-40 ribu per hari. Meski keduanya hidup dalam kesederhanaan, namun keduanya tampak bahagia. Mereka tidak memiliki banyak keinginan, selain dapat hidup bersama hingga maut memisahkan ajal mereka.